Saturday, August 4, 2012

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR BUDAYA BERSEPEDA


MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
BUDAYA BERSEPEDA



Logo_uny HITAM PUTIH.png



Disusun oleh:
Nama     : Kristin Agustina Pratiwi
NIM        : 11303241033
Prodi       : Pendidikan Kimia


PRODI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

BAB I

A.   LATAR BELAKANG
Sepeda memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Sepeda merupakan alat transportasi yang sering digunakan masyarakat dari masa penjajahan sampai masa kemerdekaan. Sepeda tidak mengenal batas derajat sosial seseorang karena disukai rakyat sampai pejabat. Bahkan, sepeda bisa menembus batas wilayah karena keberadaannya bisa ditemukan di kota dan di desa.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kegemaran masyarakat untuk menggunakan sepeda menjadi berkurang ditelan zaman. Masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan yang lebih modern, lebih cepat dan lebih menghemat waktu. Berbagai kendaraan, seperti sepeda motor dan mobil telah menjadi raja jalanan yang menguasai sepanjang jalan raya sampai jalan desa. Akibatnya polusi udara mencemari lingkungan dan kemacetan tak terhindarkan.
Menggunakan kendaraan modern seperti saat ini memang tidak bisa disalahkan karena hal itu telah membantu aktivitas manusia. Akan tetapi, kurang bijak rasanya apabila seseorang terlalu memaksakan diri untuk memiliki kendaraan seperti sepeda motor dan mobil tapi hanya gengsi dan ambisi. Kalau memang aktivitas kita bisa dijangkau sepeda, kenapa tidak kita menggunakannya.
Dengan beraktivitas menggunakan sepeda, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Bersepeda bisa membuat badan kita sehat karena bersepeda seperti berolahraga, tidak menimbulkan polusi udara sehingga ramah lingkungan, dan bisa hemat biaya. Budaya bersepeda harus selalu dilestarikan di tengah arus kendaraan modern yang menguasai jalanan.

B.   TUJUAN
1.    Menjelaskan sejarah sepeda.
2.    Menunjukkan jenis-jenis sepeda.
3.    Menunjukkan budaya bersepeda pada saat ini.
4.    Menunjukkan upaya-upaya dalam melestarikan budaya bersepeda.

C.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana sejarah sepeda?
2.    Apa saja jenis-jenis sepeda?
3.    Bagaimana budaya bersepeda pada saat ini?
4.    Sebutkan upaya-upaya dalam melestarikan budaya bersepeda?


BAB II

Sepeda merupakan kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan oleh kaki untuk menjalankannya. Sejarah sepeda bermula dari Eropa . Sekitar tahun 1790 sebuah sepeda pertama berhasil dibuat di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes yang ada terdiri dari dua roda pada sebuah rangka kayu. Sejak awal abad ke-18, Perancis sudah mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Pada masa lalu velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk kepada hasil rancangan bangun kendaraan dua roda, yang pada masa itu digunakan untuk menamai sepeda.Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang mengatakan tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang mengatakan sudah mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.
Baron Karls Drais von Sauerbronn yang berkewarganegaraan Jerman pantas disebut sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, von Sauerbronn membutuhkan sarana transportasi yang bermobilitas tinggi. Akan tetapi, model yang dikembangkan von Sauerbronn masih tidak jelas bentuknya, antara sepeda dengan kereta kuda. Hal ini menyebabkan masyarakat menjuluki sepeda ciptaan von Sauerbronn sebagai dandy horse.
Kirkpatrick MacMillan seorang pandai besi kelahiran Skotlandia berhasil membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda pada tahun 1839. Mesin khusus dalam hal ini tentu saja bukan seperti mesin yang dimiliki sepeda motor, tetapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan oleh engkol lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Ernest Michaux seorang penemu dari Perancis berhasil membuat pemberat engkol yang membuat laju sepeda memjadi lebih stabil pada tahun 1855. Sedangkan Pierre Lallement  seorang Perancis lainnya berhasil memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg) pada tahun1865. Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan yang menyusul kian baiknya teknik penyambungan besi serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety (keamanan) dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan sehingga goyangan dan guncangan yang terjadi saat mengendarai sepeda sering membuat pengendara sepeda mengalami sakit pinggang. Masyarakat sering menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang). Saat era 1880-an, sepeda tiga roda dianggap lebih aman untuk  wanita atau laki-laki yang memiliki kaki pendek untuk mengayuh sepeda konvensional.
Sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada tahun 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang. Penemuan lain seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, stang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi. Amerika dan Eropa menjadi pioner penggunaan sepeda sebagai alat transportasi pada masa itu.
Kini sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya berdasarkan fungsi dan ukurannya, antara lain:
1.    Sepeda gunung
Sepeda gunung digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan sampai 27.
Sepeda jalan rayadigunakan untuk balap jalan raya, bobot keseluruhan yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan, kombinasi kecepatan sampai 27.
3.    Sepeda BMX
BMX merupakan kependekan dari bicycle moto-cross. BMX merupakan sepeda yang digunakan untuk atraksi maupun untuk penggunaan sehari-hari.
4.    Sepeda mini
Sepeda mini adalah sepeda anak-anak, baik yang beroda dua maupun yang beroda tiga.
5.    Sepeda angkut
Sepeda yang termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda kumbang dan sepeda pos.
6.    Sepeda lipat
Sepeda lipat merupakan jenis sepeda yang bisa dilipat dalam hitungan detik sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah. Dewasa ini sepeda lipat sangat popular di kalangan masyarakat Indonesia.
7.    Sepeda Balap
Sepeda balap merupakan sepeda yang model handlernya setengah lingkaran dan digunakan untuk balapan.
8.    Sepeda Fixie
Sepeda fixie menggunakan sistem kecepatan yang fixed/tetap yang membuat ayunan pedal rotasi terus berputar, sehingga untuk melakukan pengereman, pengemudi  sepeda fixie harus mengurangi kekuatan dengan melawan arah putaran pedal, atau yang biasa disebut sistem “Trape Door.
Dewasa ini budaya bersepeda di Yogyakarta kian meluntur. Pasalnya, aspek keamanan dan kenyamanan pengendara sepeda belum diperhatikan oleh semua pihak. Faktor keamanan dan kenyamana bagi pengendara sepeda  belum dapat terpenuhi sehingga melanggar hak masyarakat yang bersepeda. Digunakannya jalur sepeda untuk berjualan atau sebagai jalur bagi transportasi lain tentu mengganggu kenyamanan pengendara sepeda. Terlebih lagi dengan pertambahan volume kendaraan di Yogyakarta selain meningkatkan emisi karbon yang bisa berpengaruh pada kesehatan manusia. Hal ini juga membuat pengendara sepeda menjadi tidak nyaman dalam berkendara karena kendaraan bermotor biasanya tidak terlalu peduli pada pengendara sepeda.
Selain itu, implementasi bersepeda di kalangan pejabat pemerintah juga belum berjalan  dengan efektif. Jika semua pejabat membudidayakan bersepeda, masyarakat pun akan mengikuti pemimpinnya. Namun sayangnya hal ini masih belum bisa terjadi di Indonesia karena sebagian besar pejabat di Indonesia lebih suka memakai mobil mewah daripada transportasi yang merakyat seperti sepeda. Menurut Suparlan yang merupakan Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta, lunturnya budaya bersepeda tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi di semua kota di Indonesia. Jika orang sudah merasa tidak aman dan nyaman menggunakan jalan, maka ia cenderung memilih transportasi lain.
Sejak dahulu, selain dikenal sebagai 'Kota Pelajar', Jogja juga dikenal sebagai 'Kota Sepeda'. Hal itu dikarena di kota ini banyak sekali sepeda yang sehari-harinya dikendarai pelajar, guru dan para pegawai. Sepeda bisa disebut sebagai kendaraan warisan dari zaman sebelum sepeda motor menjadi barang lumrah yang bisa dibeli dengan cicilan. Pada zaman keemasannya, sepeda itu layaknya sepeda motor di zaman sekarang. Membuat pemiliknya merasa bangga karena punya kendaraan pribadi, walaupun belum dalam kategori mewah. Saat itu yang masuk dalam kategori kendaraan mewah adalah sepeda motor dan mobil. Sedangkan kendaraan pribadi lain yang ada pada saat itu adalah kendaraan tradisional yang umumnya hanya dimiliki oleh keluarga bangsawan seperti kereta kuda. Kendaraan umum pada waktu itu adalah andong, delman, dokar, becak, dan bis kota atau trem. Jika sekarang sepeda motor menjadi raja di jalanan, pada zaman dahulu sepeda juga jadi penguasa jalanan.
Tidak mengherankan jika sampai sekarang sepeda masih menjadi salah satu kendaraan pribadi yang masih banyak dipakai oleh masyarakat Jogja. Selain disebabkan oleh nilai historisnya, hal ini juga karena masyarakat Jogja sudah terbiasa dengan sepeda sejak kanak-kanak.
Yogyakarta juga mempunyai slogan Segosegawe untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda di daerah Yogyakarta. Segosegawe ini merupakan akronim dari 'sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe' yang berasal dari bahasa Jawa. Arti kata sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe dalam bahsa Indonesia adalah penggunaan sepeda untuk sekolah dan untuk bekerja.
Dewasa ini sepeda onthel juga sedang menjadi primadona di kalangan masyarakat. Bahkan sepeda onthel lawas pun ada yang harganya sampai puluhan juta. Oleh karena itu, sepeda selain akan tetap menjadi kendaraan pribadi yang sehat dan juga tetap bergengsi. Selain sepeda onthel, sepeda fixie juga sedang menjadi tren saat ini. Sepeda fixie ini sedang menjadi primadona di kalangan anak muda. Sepeda lipat atau akrab disebut dengan seli juga sedang banyak digandrungi oleh masyarakat. Segi kepraktisan dan kemudahan dalam membawa dan memakai dimana dan kapan saja menjadi salah satu daya tarik dari sepeda ini.
Namun, akhir-akhir ini budaya sepeda mulai ditinggalkan oleh masyarakat Jogja. Saat ini banyak masyarakat Jogja yang sudah beralih dari sepeda dan menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini sebagian besar disebabkan karena kendaraan bermotor dianggap lebih praktis, dan efisien.
Untuk mendukung penggunaan sepeda Pemerintah Kota Yogyakarta telah membuat jalur sepeda yang tidak hanya berada di jalan protokol namun sampai masuk ke kampung-kampung. Dengan adanya jalur alternatif yang dibuat bagi para pengendara sepeda diharapkan juga mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan sepeda.  Selain itu disetiap traffic light juga sudah disediakan ruang tunggu bagi sepeda. Pemerintah juga menggadakan  acara car free day untuk mengajak masyarakat menggunakan sepeda.
Jika para karyawan atau pekerja gencar mengadakan bike to work. Para pelajar pun tidak kalah gencar mengadakan kampanye bike to school. Mahasiswa pun tidak mau kalah dengan menggalakan sepeda goes to campus. Di lingkungan kampus  UNY khususnya sudah tersedia lahan parkir khusus untuk sepeda. Pengguna sepeda di lingkungan kampus pun semakin meningkat. Tidak hanya mahasiswa yang mulai menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi, dosenpun sudah mulai ada yang memakai sepeda sebagai alat transportasi.
Adanya berbagai acara fun bike atau sepeda gembira pun membuat budaya bersepeda pelan-pelan mulai muncul kembali dan menunjukkan eksistensinya. Dengan bersepeda kita bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan lingkungan karena bisa tomengurangi kendaraan bermotor yang selama ini menjadi sumber utama polusi udara dan suara.
BAB III

A.   KESIMPULAN
1.    Sejarah sepeda adalah sebagai berikut:
Sejarah sepeda bermula dari Eropa . Sekitar tahun 1790 sebuah sepeda pertama berhasil dibuat di Inggris dan diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes yang ada terdiri dari dua roda pada sebuah rangka kayu. Awal abad ke-18, Perancis sudah mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Tahun 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua yang bentuknya, antara sepeda dengan kereta kuda. Hal ini menyebabkan masyarakat menjuluki sepeda ciptaan von Sauerbronn sebagai dandy horse.
Kirkpatrick MacMillan seorang pandai besi kelahiran Skotlandia berhasil membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda yang berupa engkol yang dikaitkan pada pedal pada tahun 1839. Ernest Michaux seorang penemu dari Perancis berhasil membuat pemberat engkol yang membuat laju sepeda memjadi lebih stabil pada tahun 1855. Sedangkan Pierre Lallement  seorang Perancis lainnya berhasil memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg) pada tahun1865. Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada tahun 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang. Penemuan lain seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, stang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda.
2.    Jenis-jenis sepeda adalah sepeda gunung, sepeda jalan raya, sepeda BMX, sepeda mini, sepeda angkut, sepeda lipat, sepeda balap, sepeda fixie.
3.    Budaya bersepeda pada saat ini mulai berkurang dibandingkan pada zaman dahulu. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor yang lebih efisien dan lebih praktis daripada sepeda. Namun, akhir-akhir ini budaya bersepeda sudah mulai digalakan dan masyarakat sudah mulai sadar akan dampak positif dari sepeda yang tidak mencemari lingkungan dan sudah mulai beralih menggunakan sepeda lagi.
4.    Upaya-upaya dalam melestarikan budaya bersepeda adalah pembuat jalur sepeda yang tidak hanya berada di jalan protokol namun sampai masuk ke kampung-kampung, membuat jalur alternatif yang dibuat bagi para pengendara sepeda, adanya ruang tunggu bagi sepeda disetiap traffic light, adanya acara car free day, kampanye bike to work, bike to school, dan sepeda goes to campus, serta adanya berbagai acara fun bike atau sepeda gembira pun membuat budaya bersepeda pelan-pelan mulai muncul kembali dan menunjukkan eksistensinya.

B.   SARAN
Dengan bersepeda kita bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan lingkungan karena bisa tomengurangi kendaraan bermotor yang selama ini menjadi sumber utama polusi udara dan suara.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Asal-usul Sepeda Pertama di Indonesia. Diakses dari http://www.gowes.org/asal-usul-sepeda-pertama-di-dunia.html . pada 2 April 2012.
. 2011.Sejarah Sepeda Fixie atau Fixed Gear .Diakses dari http://www.gowes.org/sejarah-sepeda-fixie-atau-fixed-gear.html. pada 2 April 2012.
. 2012. SKL Eksis Pertahankan Budaya Sepeda di Jogja. Diakses dari http://www.tnol.co.id/id/community/interestgroup/12670-skj-eksis-pertahankan-budaya-sepeda-di-jogja.html. pada 3 April 2012.
 . 2011. Sejarah Sepeda. Diakses dari http://www.slideshare.net/kholesahmad/sejarah-sepeda-9946940 . pada 2 April 2012.
Arif, Ahmad. 2010. Melihat Indonesia Dari Sepeda. Jakarta: Penerbit Kompas.
Pramesti, Olivia Lewi. 2012. Budaya Bersepeda Kian Luntur. Diakses dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/budaya-bersepeda-kian-luntur. pada 2 April 2012.
Suhaepi, Epi. 2011. Usangnya Budaya Bersepeda. Diakses dari http://lampungpost.com/surat-pembaca/4881-usangnya-budaya-bersepeda.html. pada 3 April 2012.


0 comments:

Post a Comment